Selasa, 08 Mei 2018

Komponen Pasif

KOMPONEN PASIF
A.      Pengertian Komponen Pasif
Komponen pasif adalah komponen-komponen elektronika yang tidak memerlukan tegangan ataupun arus listrik agar dapat bekerja. Berbeda dengan komponen aktif, komponen pasif tidak bisa bersifat menguatkan, menyearahkan dan mengubah suatu bentuk energi ke bentuk lain.

B.           Jenis – Jenis Komponen Pasif
1. Resistor / Hambatan
1.1    Pengertian Resistor
Resistor atau disebut juga dengan Hambatan adalah Komponen Elektronika Pasif yang berfungsi untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika. Satuan Nilai Resistor atau Hambatan adalah Ohm (Ω). Nilai Resistor biasanya diwakili dengan Kode angka ataupun Gelang Warna yang terdapat di badan Resistor. Hambatan Resistor sering disebut juga dengan Resistansi atau Resistance.

1.2.  Jenis-jenis Resistor diantaranya adalah :
a.   Resistor yang Nilainya Tetap.
b.   Resistor yang Nilainya dapat diatur, Resistor Jenis ini sering disebut juga dengan Variable Resistor ataupun Potensiometer.
c.   Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan intensitas cahaya, Resistor jenis ini disebut dengan LDR atau Light Dependent Resistor.
d.   Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan perubahan suhu, Resistor jenis ini disebut dengan PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative Temperature Coefficient)
1.3.  Simbol Resistor

1.4.  Kode Warna Resistor
Cicin warna yang terdapat pada resistor terdiri dari 4 ring 5 dan 6 ring warna. Dari cicin warna yang terdapat dari suatu resistor tersebut memiliki arti dan nilai dimana nilai resistansi resistor dengan kode warna yaitu :

1.5.  Cara Menghitung Nilai Resistor
§  Dengan Warna
Seperti yang dikatakan sebelumnya, nilai Resistor yang berbentuk Axial adalah diwakili oleh Warna-warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri dalam bentuk Gelang. Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga yang 5 Gelang.
Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai Resistor yang bersangkutan.
1.6.      Contoh Soal:
Dengan 4 gelang warna

Dengan 5 gelang warna

Contoh-contoh perhitungan lainnya :
Merah, Merah, Merah, Emas 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak
47 * 10³ = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi

Cara menghitung Toleransi :
2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =
2200 – 5% = 2.090
2200 + 5% = 2.310
ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm

Untuk mempermudah menghafalkan warna di Resistor, kami memakai singkatan seperti berikut :
HI CO ME O KU JAU BI UNG A PU
(HItam, COklat, MErah, Orange, KUning. HiJAU, BIru, UNGu, Abu-abu, PUtih)

Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Angka :

Membaca nilai Resistor yang berbentuk komponen Chip lebih mudah dari Komponen Axial, karena tidak menggunakan kode warna sebagai pengganti nilainya. Kode yang digunakan oleh Resistor yang berbentuk Komponen Chip menggunakan Kode Angka langsung jadi sangat mudah dibaca atau disebut dengan Body Code Resistor (Kode Tubuh Resistor)

Contoh :
Kode Angka yang tertulis di badan Komponen Chip Resistor adalah 4 7 3;
Contoh cara pembacaan dan cara menghitung nilai resistor berdasarkan kode angka adalah sebagai berikut :
Masukkan Angka ke-1 langsung = 4
Masukkan Angka ke-2 langsung = 7
Masukkan Jumlah nol dari Angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 10³
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm)

Contoh-contoh perhitungan lainnya :
222 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm
103 10 * 10³ = 10.000 Ohm atau 10 Kilo Ohm
334 33 * 104 = 330.000 Ohm atau 330 Kilo Ohm

Ada juga yang memakai kode angka seperti dibawah ini :
(Tulisan R menandakan letaknya koma decimal)
4R7 = 4,7 Ohm
0R22 = 0,22 Ohm
Keterangan :
Ohm = Ω
Kilo Ohm = KΩ
Mega Ohm = MΩ
1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 KΩ )
1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
1.7.  Fungsi - Fungsi Resistor
a.   Resistor sebagai penghambat arus listrik.
b.   Resistor sebagai pembatas arus listrik.
c.   Resistor sebagai pembagi tegangan.
d.   Resistor sebagai penurun tegangan.


2.      Kapasitor / Kondensator (Capcitor)
2.1.  Pengertian Kapasitor
Kapasitor atau disebut juga dengan Kondensator adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat menyimpan energi atau muatan listrik dalam sementara waktu.
2.2.     Jenis Jenis Kapasitor
a.  Kapasitor yang nilainya Tetap dan tidak ber-polaritas. Jika didasarkan pada bahan pembuatannya maka Kapasitor yang nilainya tetap terdiri dari Kapasitor Kertas, Kapasitor Mika, Kapasitor Polyster dan Kapasitor Keramik.


b.  Kapasitor yang nilainya Tetap tetapi memiliki Polaritas Positif dan Negatif, Kapasitor tersebut adalah Kapasitor Elektrolit atau Electrolyte Condensator (ELCO) dan Kapasitor Tantalum
c.  Kapasitor yang nilainya dapat diatur, Kapasitor jenis ini sering disebut dengan Variable Capasitor.
2.3.  Simbol Simbol Kapasitor

2.4.  Fungsi Fungsi Kapasitor
a.   Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik
b.   Sebagai Konduktor yang dapat melewatkan arus AC (Alternating Current)
c.   Sebagai Isolator yang menghambat arus DC (Direct Current)
d.   Sebagai Filter dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya)
e.   Sebagai Kopling
f.   Sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian Osilator
g.   Sebagai Penggeser Fasa
h.   Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang digabungkan dengan Spul Antena dan Osilator)

3.        Induktor (Inductor)
3.1.  Pengertian Induktor
Induktor atau dikenal juga dengan Coil adalah Komponen Elektronika Pasif yang terdiri dari susunan lilitan Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Pada dasarnya, Induktor dapat menimbulkan Medan Magnet jika dialiri oleh Arus Listrik. Medan Magnet yang ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu yang relatif singkat. Dasar dari sebuah Induktor adalah berdasarkan Hukum Induksi Faraday.
3.2.  Jenis Jenis Induktor
Berdasarkan bentuk dan bahan inti-nya, Induktor dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah :
a.   Air Core Inductor – Menggunakan Udara sebagai Intinya
b.   Iron Core Inductor – Menggunakan bahan Besi sebagai Intinya
c.   Ferrite Core Inductor – Menggunakan bahan Ferit sebagai Intinya
d.   Torroidal Core Inductor – Menggunakan Inti yang berbentuk O Ring (bentuk Donat)
e.   Laminated Core Induction – Menggunakan Inti yang terdiri dari beberapa lapis lempengan logam yang ditempelkan secara paralel. Masing-masing lempengan logam diberikan Isolator.
f.  Variable Inductor – Induktor yang nilai induktansinya dapat diatur sesuai dengan keinginan. Inti dari Variable Inductor pada umumnya terbuat dari bahan Ferit yang dapat diputar-putar.


3.3.  Simbol Simbol Induktor

Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor, diantaranya adalah :
  1. Jumlah Lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi Induktasinya
  2. Diameter Induktor, Semakin besar diameternya semakin tinggi pula induktansinya
  3. Permeabilitas Inti, yaitu bahan Inti yang digunakan seperti Udara, Besi ataupun Ferit.
  4. Ukuran Panjang Induktor, semakin pendek inductor (Koil) tersebut semakin tinggi induktansinya.
3.4.  Fungsi Fungsi Induktor
a.   dapat menyimpan arus listrik dalam medan magnet
b.   menapis (Filter) Frekuensi tertentu
c.   menahan arus bolak-balik (AC)
d.   meneruskan arus searah (DC)
e.   pembangkit getaran serta melipat gandakan tegangan.

C.       Fungsi Komponen Pasif
Komponen pasif pada umumnya digunakan sebagai pembatas arus, pembagi tegangan, tank circuit dan filter pasif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengertian plc

kali ini saya akan membahas tentang pengertian PLC dan perbedaan jenis-jenis PLC langsung saja, Programmable Logic Controllers (PLC...